Memasuki Musim Kemarau, Sejumlah Desa Berpotensi Kekeringan

Singaraja, koranbuleleng.com| Sejumlah desa di Buleleng, berpotensi mengalami kekeringan pada musim kemarau 2023. Suhu udara di Buleleng juga sudah mulai terasa panas dampak dari fenomena El Nino.

Kepala BPBD Buleleng, Putu Ariadia Pribadi mengatakan dari pemetaan yang dilakukan potensi sejumlah desa yang rawan mengalami kekeringan, diantaranya, dua desa di Kecamatan Tejakula, lima desa di Kecamatan Kubutambahan, kemudian satu desa di Kecamatan Sawan, satu desa di Sukasada, selanjutnya empat desa di Kecamatan Banjar, satu desa di Seririt, dua desa di Busungbiu, dan terakhir 12 desa di Kecamatan Gerokgak.

- Advertisement -

Ariadi menyebut, untuk mengantisipasi masyarakat kekurangan air bersih, BPBD berkolaborasi dengan PDAM, Damkar, TNI dan Polri, serta dinas terkait lainnya. Para instasi tersebut akan mendukung, untuk penyiapan armada untuk menyuplai air bersih ke desa-desa.

“April, Mei sudah mulai musim kemarau di Buleleng. Menurut BMKG puncaknya bulan Juli hingga Agustus. Kita himbau masyarakat untuk memanfaatkan sisa hujan terakhir ini, bisa ditampung dengan menggunakan alat penampungan termasuk untuk berhemat menggunakan air bersih,” ujar Ariadi, Rabu, 26 April 2023.

Petani pun, juga diharapkan selalu memperhatikan perkiraan cuaca saat akan mulai melakukan penanaman tanaman pertanian.  Mengingat, tahun ini musim kemarau berpotensi terjadi cukup.

Selain itu, untuk mengantisipasi adanya kebakaran hutan, Ariadi menyebut, telah berkoordinasi dengan petugas Taman Nasional Bali Barat (TNBB), untuk mengimbau masyarakat agar berhati-hati. Bentuk kehati-hatian itu bisa dengan tidak sembarang membuang puntung rokok ke hutan sebagai salah satu pemicu tertinggi kebakaran hutan.

- Advertisement -

“Sekarang menurut BMKG ada potensi El Nino yang menyebabkan berkurangnya intensitas curah hujan, sehingga musim kemarau lebih kering dan lebih panjang. Tiga tahun sebelumnya, curah hujan lebih tinggi. Ada kemarau tapi ada hujan sehingga tidak terasa antara musim hujan dan kemarau,” kata dia.

Ariadi menambahkan, El Nino terjadi akibat fenomena pemanasan di permukaan air laut, yang terjadi di Samudra Pasifik. Yang kemudian dibawa oleh angin melewati Indonesia, sehingga mengakibatkan suhu udara semakin panas.

“El Nino ini dampaknya lebih banyak ke pengaruh curah hujan semakin rendah dan suhu. Berbeda dengan La Nina, yang menyebabkan hujan tinggi,” ucapnya.|YS|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts