Umur Pohon Durian “I Jalur” Lebih dari 50 Tahun, Tergolong Muda

Singaraja, koranbuleleng.com | Desa Munduk Bestala, Kecamatan Seririt terkenal sebagai desa penghasil buah-buahan, terutama durian dan manggis. Beberapa waktu lalu, saat kontes durian digelar akhir Desember 2019, durian asal desa ini, milik dari Made Mangku Yasa berhasil menjadi juara. Durian yang berbuah dari pohon yang bernama “I Jalur” berhasil mengalahkan durian-durian lainnya.

Di Buleleng, petani terbiasa menyematkan nama pada pohon durian. Konon, dari cerita para tetua, bahwa pohon durian disematkan nama agar saat buahnya jatuh tidak menimpa pemiliknya. Cerita seperti itu selalau dipercayai oleh warga setempat dan sampai saat ini belum pernah ada cerita terdengar tentang orang tertimpa buah durian yang jatuh dari pohonnya.

- Advertisement -

Buah durian, I Jalur tumbuh di Banjar Dinas Sari, Desa Munduk Bestala. Made Mangku Yasa, sebenarnya bukan pemilik lahan, tetapi dirinya mengontrak sekitar empat pohon durian yang sudah berumur besar. Salah satunya I Jalur. Tanah tersebut milik pamannya bernama Pan Rawi.

Made Mangku Yasa berdiri dibawah pohon durian ‘I Jalur’ buahnya sempat menjadi juara kontes durian akhir Desember 2019. Nanti I Jalur akan diregoster oleh DInas Pertanian Kabupaten Buleleng dan akan dibudidayakan untuk menjaga kualitas buah. |FOTO : I PUTU NOVA A.PUTRA|

Namun ternyata, di area perkebunan itu bukan hanya I Jalur yang mempunyai rasa nikmat tak terkalahkan. Satu pohon durian yang diperkirakan sudah berumur ratusan tahun bernama I Tegeh, juga pernah jawara dalam kontes durian tingkat nasional di Jakarta. Bahkan, saat ini, I Tegeh sudah masuk dalam regsitrasi sebagai varietas durian induk Bestala.

Pemerintah telah merigester I Tegeh sebagai durian khas asal Desa Bestala. Dulu, sewaktu buah durian I Tegeh diikutkan kontes di Jakarta, Munduk Bestala masih menjadi satu bagian desa dengan Desa Bestala. Sehingga kala itu, pihak terkait meregister I Tegeh sebagai varietas induk Durian Bestala. Namun, kini dua desa ini sudah mekar menjadi dua desa yakni Desa Bestala dan Desa Munduk Bestala. Jarak tanam antara I Jalur dan I Tegeh dalam satu area perkebunan itu kurang lebih berjarak 30 meter.

“Sebelum I Jalur dibawa dalam kontes durian, sebenarnya rasa buahnya sudah terkenal sangat enak,  teksturnya tebal dan legit serta rasa yang manis. Saya biasanya berani menjual satu buah durian I Jalur seharga Rp50.000,” ujar Made Mangku Yasa, saat ditemui di area perkebunannya, Selasa 7 Januari 2020.

- Advertisement -

Yasa bercerita, bahwa umur dari durian yang ada di Munduk Bestala sudah tua. Paling muda diperkirakan berumur lima puluh tahun, dan ada yang sudah hingga ratusan tahun.

“Saya waktu kecil sudah melihat I Jalur ini besarnya seperti ini. Jika diperkirakan, pohon i Jalur berumur sekitar 50 tahunan, ini masih tergolog muda dan I Tegeh sudah mencapai ratusan tahun,” jelas Made Mangku Yasa.

Saat ini, warga di desa Munduk Bestala kembali melakukan penanaman pohon durian, karena rata-rata umur pohon durian sudah tua dan berpotensi ambruk ketika terjadi angin kencang, seperti musim-musim saat ini.

Beberapa waktu lalu, sejumlah pohon durian banyak yang ambruk karena dihempas angin kencang, termasuk i Tegeh.

“Beberapa ranting yang besar dari I Tegeh ini sudah rapuh, kemarin ikut rontok terkena angin kencang,” ujarnya.  

Salah satu warga setempat, Putu Selamat mengaku pohon durian sudah menjadi bagian kehdipan perkebunan di Desa Bestala da Munduk Bestala. Desa ini konon desa yang paling awal menanam pohon durian.

Selamat mengatakan para tetua di masa lalu menanam pohon durian sebagai bentuk investasi atau tabungan bagi anak cucunya. Karena pohon durian lokal Bali biasanya berbuah cukup lama. Paling cepat bias berbuah 10 tahun setelah ditanam.

“Dulu, tetua kami menanam durian sebenarnya untuk memberikan tabungan kepada kami, generasi selanjutnya. Dan benar saja, tabungan ini turun temurun dinikmati dan diwarisi oleh anak cucu,” kata Selamat.  

Durian Terbaik di Buleleng Segera Dibudidayakan

Jawara durian dalam ajang pembuktian durian terbaik di Buleleng akan segera dibudidayakan. Kontes Durian yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng beberapa waktu silam bukan tanpa tujuan yang pasti. Ajang tersebut diselenggarakan guna memperbanyak populasi durian kualitas terbaik khas Buleleng dengan melihat potensi yang ada.

Hal tersebut diungkapkan Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, ST yang ditemui saat mengunjungi tempat tinggal sekaligus kebun dari salah satu peraih juara durian dalam ajang Kontes Durian di Kabupaten Buleleng, yakni Nyoman Sudibia asal Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Minggu 6 Januari 2020.

Saat mengunjungi dan berkesempatan mencicipi durian milik Sudibia tersebut, Bupati Suradnyana mengatakan cita rasa durian Buleleng sebenarnya memiliki khas tersendiri yang dapat ditemui pada beberapa durian saja, dan saat ini kualitas yang terbaik belum merata di wilayah Buleleng.

Satu persatu pemilik durian yang memperoleh juara akan dikunjungi sebagai tindaklanjut penanganannya. “Yang juara tiga sudah saya kunjungi hari ini, selanjutnya yang juara satu dan dua, beberapa durian akan saya coba bukan hanya yang dibawa saat kontes saja,” ujarnya.

Populasi durian di Buleleng, masih kata Bupati Suradnyana, perlu ada kontrol secara teliti untuk mendapatkan kualitas yang baik. Sebenarnya seluruh durian yang dibawa saat kontes memiliki kualitas yang lebih baik dari daerah lain yang ada di Bali.

Seperti durian bestala yang cukup dikenal memiliki rasa yang manis dan pekat oleh para pecinta buah durian . Tetapi karena Buleleng belum memiliki durian yang diunggulkan, tercetuslah ide kontes durian tersebut. “Setelah beberapa durian jawara ini diteliti lebih lanjut, baru akan saya tentukan teknik budidayanya,” tambahnya. |NP|

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts