Warisan Arsitektur Pura di Buleleng Wujud Totalitas Seniman

Singaraja, koranbuleleng.com | TOTALITAS konsep ‘ngayah’ semakin menjadi ‘gerakan’ langka saat ini.

Meskipun agak sulit menggaungkan ataupun mengajak masyarakat untuk totalitas ‘ngayah’ tapi paling tidak sampai saat ini masih menghargai karya-karya seniman jaman dulu yang masih terpatri karyanya di berbagai tempat suci atau Pura Pura khususnya yang ada di Buleleng. Misalkan Pura Dalem Jagaraga, ataupun Pura lain yang ada di Desa Bungkulan, dan desa-desa lainnya yang tersebar di Kabupaten Buleleng.

Karya ukiran atau ornamen pura di Buleleng |FOTO : ALIT KERTARAHARJA|
- Advertisement -

‘’Kalau dulu seniman atau pekerja yang mengerjakan tempat-tempat suci, totalitasnya sangat tinggi. Mereka bekerja sepenuh hhati, terbebas dari beban hidup. Mereka menyebut ‘ngayah’ tetapi sampai tuntas dengan hasil maksimal. Tidak seperti sekerang, mereka bekerja ‘harian’ atau borongan, sehingga hasilnya, tidak sebanding atau seindah pada jaman dulu,’’ ungkap Gede Kresna, Seniman architecture dari Biro Architecture Rumah Intaran, Bengkala – Buleleng.

Boleh jadi dengan konsep ‘ngayah’ terlebih mengerjakan sebuah bangunan tempat suci, tentu dengan maksud dan tujuan suci pula. Melakukan pendekatan dengan sang Maha Pencipta Alam Semesta dengan cara mereka.

Mereka melakukan dengan sadar untuk mengerahkan dan mempertaruhkan seluruh kemampuan jiwa raga. Banyak hasil-hasil kerja mereka abadi sampai sekarang dan bentuknyapun unik dan natural sebagaimana karakteristik masyarakat jaman itu. Termasuk sebelum melakukannya para seniman atau pekerja melakukan semedi, memohon kepada Sang Hyang pemilik Alam Semesta agar berjalan lancar dan hasilnya memiliki taksu.

Karena bentuk totalitasnya tinggi, pun demikian terhadap penguasa saat itu. Menurut Gede Kresna, seniman jaman itu tidak memandang siapapun, termasuk penguasa saat itu.

- Advertisement -

Dia mencontohkan Pura Dalem Jagaraga. Bentuk reliefnya sangat unik. Gede Kresna menyebutnya Pop Culture, seakan seniman pada jaman itu pikirannya mengembara hingga ke jaman modern. ‘’Sebenarnya relief yang ada di Pura Dalem Jagara dan juga beberapa Pura di Buleleng tidak terlepas dari ‘pesanan’ sang penguasa saat itu.’’ tambahnya.

Pura Dalem Jagaraga bisa dikatakan symbol gerakan ‘ngayah’ dengan totalitas karyanya yang sangat mumpuni. Seniman pada jaman itu demikian menghargai permintaan sang penguasa pada jaman penjajahan Belanda.

Terlihat dari relief-relief mobil, pengendaranya dengan memakai topi, relief helikopter. Bahkan relief ‘topong’ mirip berbentuk Crown masih dilestarikan sampai sekarang. Dan masih banyak lagi penggambaran-penggambaran pada jaman itu. ‘’Itulah bentuk totalitas dan ngayah mereka.’’ tambahnya lagi.

Pun demiikian terhadap Pura di Meduwe Karang-Kubutambahan.

Demikian juga hasil karya seni ukir di Pura Pura yang ada di Bungkulan – Kecamatan Sawan, Buleleng. Menurut Gede Kresna sangat luar biasa. Dia juga sangat menghargai gaya-gaya ukiran dan bentuk-bentuk relief ukiran di Bungkulan masih dipertahankan.

‘’Demikian juga saat pemugaran, semua dipertahankan. Tidak ada yang dirubah, sesuai aslinya.’’ ujarnya.

Menyinggung Desa BUngkulan, Gede Kresna berharap Desa ‘Seni’ Bungkulan tetap dipertahankan dan dikembangkan.

‘’Karena sumber daya manusianya sudah ada, banyak sekali seniman-sneiman di sana. Tidak sulit untuk mengembangkannya tinggal bagaimana sekarang keseriusan pemerintah daerah dan juga pemerintah setempat untuk mengembangkannya,’’ ulasnya.

Gede Kresna kembali mengatakan, sebenarnya Desa – Desa yang ada di Buleleng memiliki keunikan masing-masing dan bisa dikembangkan, tinggal itikad dari penerintah daerah atau pemeirntah setempat mengambil potensi tersebut.

Pewarta. : Alit Kertaraharja
Editor. : Putu Nova A. Putra

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts