Veteran Perang Kritis, Keluarga Kesulitan Pembiayaan Rumah sakit

Singaraja, koranbuleleng.com| Seorang veteran perang, Wayan Tarka alias Pan Artawan asal Desa Galungan, Kecamatan Sawan, Buleleng saat ini sedang kritis di Ruang Sahadewa, Mahottama, RSUD Buleleng. Pihak keluarga kini justru mengkhawatirkan biaya rawat inap rumah sakit, karena Pan Artawan hanya pengguna Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sementara biaya perawatan di Mahottama sangatlah tinggi.

Menurut salah satu putranya, Ketut Sukrawan alias Beben, pihak keluarga sebenarnya tidak menginginkan orangtuanya dirawat di ruang Mahottama, namun karena ruangan lain penuh oleh pasien. Oleh karena itu, pihak keluarga memutuskan untuk merawat sementara Pan Artawan di ruang Mahottama sampai ada ruangan lain yang sepadan dengan nilai jaminan kesehatannya.

- Advertisement -

Pan Artawan, dulu pernah ikut berperang melawan tentara NICA di Desa Galungan, atau lokasinya saat ini tepat di Tugu Pahlawan Wira Wijaya Sakti, Desa Galungan,Buleleng. Tugu ini dulunya sebagai titik peristiwa pertempuran antara pasukan pejuang lokal diantaranya Nyoman Ratep dan Ketut Neca serta Pan Artawan yang tergabung dalam pasukan dari I Gusti Ngurah Rai.  Kala itu, pasukan Belanda pada tanggal 12 Juni 1946 menyerang Bali dan pejuang-pejuang Bali di Buleleng mempertahankan kemerdekaan NKRI.

Ketut Sukrawan menceritakan kondisi ayahnya drop usai Hari Raya Kuningan, tepatnya hari Minggu, 11 September 2016 pagi ayahnya terlihat sedang membersihkan halaman rumah. Namun pada sore harinya, Pan Artawan mengeluhkan pusing yang dirasakannya.

“Minggu pagi, bapak masih terlihat sehat. Selang beberapa waktu, mengeluhkan rasa pusing, kami sekeluarga bingung saat itu sebab tidak ada dokter yang membuka praktek, apalagi saat itu masih dalam suasana Umanis Hari Raya Kuningan,” ujarnya.

Selanjutnya, pihak keluarga memutuskan membawa ke RSUD Buleleng, sebab Pan Artawan sudah terdaftar sebagai peserta JKN. Hampir sehari berada di Ruang UGD RSUD, terkendala ketersediaan sal. Hingga akhirnya kami pihak keluarga justru memutuskan untuk memilih ruang Mahottama supaya secepatnya mendapatkan penanganan lebih intensif.

- Advertisement -

“Biasanya di kampung, bapak hanya berobat di mantri atau dokter setempat, namun karena tempat prakteknya tutup kami membawanya ke RSUD Buleleng. Semalam di UGD, katanya sal penuh, hingga kami memutuskan memilih Mahotama dan dirawat di ruang Wasudewa, sekarang sudah hampir seminggu dirawat,sekeluarga saat ini mengkhawatirkan biaya pengobatan penyakit bapak bakal mahal sementara dia tak memiliki uang banyak. Meski sudah terdaftar sebagai peserta JKN, saat ini kami sekeluarga sangat bingung menutup biaya pengobatan bapak, sedangkan kondisi bapak sendiri kritis,” ungkapnya.

Dirinya juga sempat mengajak rembug keluarga dan berniat memulangkan Pan Artawan akibat terkendala biaya, namun niat tersebut diurungkan setelah melihat kondisi Pan Artawan semakin drop.

“Per tanggal 15 September lalu, kami sempat memutuskan untuk memulangkan bapak. Hal itu dikarenakan kondisi bapak yang tidak berubah, namun hal yang paling membuat khawatir sekeluarga adalah biayanya. Dari kwitansi rawat inap tertanggal 12 sampai dengan 15 September, tertera jumlah yang kami harus bayarkan sejumlah Rp 4.493.344,00 dengan rincian Total Biaya Pelayanan sebesar Rp 3.423.400,00 dan Total Biaya Obat+BHP sebesar Rp 1.069.944,00. Total untuk per tanggal saat ini kami tidak berani minta print outnya,” jelasnya.

Pihak keluarga berharap perhatian dari Pemerintah Kabupaten Buleleng supaya bisa meringankan beban baiay rumah sakit karena keterbatasan ekonomi keluarga.|NH|

 

Komentar

Related Articles

spot_img

Latest Posts